Laporan Praktikum Taksonomi Hewan
Identifikasi Karakter Morfologi Spesimen
Mollusca dan Echinodermata
Ririn Dewi Astutik
Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, IAIN Jember
NIM: T20158025
ABSTRAK
Mollusca adalah hewan bertubuh lunak, tidak
beruas-ruas, triploblastik, dan selomata (berongga tubuh sejati). Mollusca
dibagi menjadi beberapa kelas antara lain Poltplacophora, Pelecypoda, Bivalvua,
Gastropoda, Scaphopoda, dan Cephalopoda. Echinodermata adalah hewan laut yang
memiliki karakteristik berupa kulit yang berduri dan bergranula. Filum
Echinodermata dibagi menjadi 5 kelas yaitu Asteroidea, Crinoidea, Echinoidea,
Holothuroidea, dan Ophiuroidea. Kelompok hewan ini umum dijumpai di daerah
pantai terutama daerah batu berpasir dan terumbu karang. Praktikum ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologi spesimen Mollusca dan
Echinodermata berdasarkan kunci identifikasi, mengklasifikasikan spesimen
Mollusca dan Echinodermata dan membuat dendogram spesimen Mollusca dan
Echinodermata. Metode yang kami lakukan ialah pertama mengambil sampling
spesimen Mollusca dan Echinodermata untuk dijadikan bahan praktikum kemudian
kami melakukan pengamatan di LAB. Hasil yang kami peroleh ialah 3 spesies
Mollusca yaitu Loligo sp., Achatina fulica, dan Anodonta anatina dan
juga 3 spesies Echinodermata diantaranya Echinus sp., Holothura edulis,
dan Ophiocoma sp.
Kata kunci: Loligo sp./
Echinus sp./Holothura sp./Anodonta anatina/ Ophiocoma sp./
Achatina fulica.
.
PENDAHULUAN
Praktikum
ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengidentifikasi karakter morfologi spesimen
Mollusca dan Echinodermata yang
di ambil dari berbagai tempat ada yang dari daerah perikanan Rambi Gundam,
pasar balung, sawah Kebon Agung, dan pantai Papuma Jember. Dalam hal ini
berkaitan dengan ayat alquran surah an-Nur ayat 45.
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي
عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ
مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengam dua kaki sedang bagian
yang lain berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendakinya, sesungguhnya allah maha kuasa atas segala sesuatu.”
Maksud dari “hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya” ialah menunjukkan bahwa Allah telah
menciptakan hewan invertebrata diantaranya ada Mollusca dan Echinodermata.
Anodonta sp. termasuk
ke dalam Filum Mollusca. Ciri umum dari Filum ini adalah memiliki tubuh
bilateral simetri, lunak dan ditutupi mantel yang menghasilkan zat kapur, serta
bernafas dengan insang. Tubuhnya berbentuk pipih secara lateral dan memiliki
dua cangkang yang berengsel secara dorsal dan menutupi seluruh tubuhnya. Famili
Unionidae pada umumnya banyak ditemukan di kolam, danau, sungai atau perairan
tawar lainnya.
Anadonta
sp. merupakan
jenis kerang air tawar yang terdiri dari dua keping cangkang yang kembung yang
berwarna kecoklat coklatan. Cangkang kijing taiwan terdiri dari tiga lapis,
meliputi lapisan luar yang mengandung zat tanduk, lapisan tengah berupa kristal
kalsium karbonat dan lapisan dalam sebagai lapisan mutiara yang mengandung
kalsium karbonat dan dapat memantulkan cahaya. Di dalam cangkang tersebut
terdapat dua buah mantel yang pada ujungnya terdapat dua buah sifon yang
berbeda fungsinya. Sifon ventral yang berfungsi sebagai alat pemasukan air
(makanan), dan sifon dorsal untuk pembuangan sisa metabolisme. Cangkang dapat
terbuka dan tertutup akibat gerakan otot adductor anterior dan posterior. Kaki
kijing berbentuk kapak dan pipih yang terletak pada bagian anterior tubuh.
Penjuluran dan penarikan kaki disebabkan oleh adanya kontraksi otot protaktor
dan retraktor (Suwignyo, 2005).
Anadonta
sp.
yang memilki pertumbuhan cepat adalah berukuran 2-5 cm. Sedangkan ukuran yang
lebih besar dari 10 cm memilki laju pertumbuhan yang lambat, dikarenakan kerang
tersebut mulai dewasa dengan kecenderungan pembentukan gonat. Sehingga makanan
dan energi yang didapat sebagian besar dipaki untuk proses reproduksi. Kijing
berukuran 34-45 mm lebih cepat pertumbuhannya dari pada yang ukuran besar 75-85
mm. Sedangkan kijing taiwan yang telah matang gonad berumur 6 bulan.
Anodonta sp. dapat mengurangi material - material pada perairan meliputi sedimen bahan
organik, bakteri, dan fitoplankton karena kerang merupakan filter feeders.
Ketika kerang menyaring makanan, mereka dapat memberikan hubungan integral
antara habitat pelagik dan bentik. Kepadatan kumpulan kerang dapat menjaga
kestabilan substrat. Kijing taiwan juga merupakan makanan bagi predator
terestrial maupun akuatik seperti burung, ikan, dan berangberang. cangkang
kerang yang lapuk dan tererosi menjadi cadangan kalsium karbonat jangka
panjang. Disisi lain kijing taiwan termasuk dalam kelompok hewan yang paling
terancam kepunahan yaitu 73% di antara hewan- hewan lain secara global (Tampa,
dkk, 2015).
Cumi adalah
hewan dari kelas Cephalopoda yang termasuk hewan karnivora karena memiliki
kebiasaan memakan hewan-hewan seperti udang dan ikan-ikan pelagis yang
ditangkap dengan tentakelnya (Tasywiruddin, 1999). Daerah penyebaran cumi
meliputi perairan Pasifik bagian barat, Filipina dan Indonesia, yang tersebar
mulai dari lapisan permukaan sampai dengan kedalaman 100 meter, hidup
bergerombol dan terpusat pada perairan pantai yang memiliki ekosistem lamun dan
karang (Hamzah, 1997).
Cumi-cumi
secara taksonomis termasuk kelas Chepalopoda. Cumi -cumi merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis penting, dan mengandung nilai gizi yang tinggi dengan cita rasa yang khas. Bagian yang dapat dimakan (edible portion) mencapai hampir 100%, karena termasuk hewan lunak (Phyllum Mollusc) dengan cangkang yang sangat tipis pada bagian punggung. Famili Loliginidae mempunyai beberapa genus yang sebagian besar jenisnya hidup di perairan laut daerah tropik. Genera yangmempunyai
nilai atau berpotensi ekonomi adalah Loligo, Sepioteuthis, dan Uroteuthis (Chodrijah dan Budiarti, 2011).
Secara umum, ciri-ciri
cumi-cumi genus Loligo adalah bentuk tubuhnya yang langsing, sirip
selalu
terdapat di ujung
posterior mantel, ada delapan tangan dan dua
tentakel yang dilengkapi dengan alat pengisap. Karakteristik genus Loligo ini dijumpai pada
cumi-cumi memancarkan
cahaya yang terdapat di
perairan Jepara
(Rudiana dan Pringgenies, 2004).
Distribusi cumi-cumi
genus Loligo dominan di perairan daerah tropis
Indo-Pasifik: mulai dari perairan laut merah dan perairan laut sekitar Arab,
meyebar luas dari perairan bagian timur wilayah Mozambika sampai perairan
bagian selatan wilayah laut Cina, perairan di sekitar Pilipina hingga Taiwan
dan perairan di sekitar laut Andaman. Ada 5 spesies Loligo yang terdapat di perairan Samudra Indonesia
yakni: Loligo duvauceli,
Loligo sp., Loligo Kobiensis dan Loligo forbesii (Rudiana dan Pringgenies, 2004).
Bekicot termasuk
golongan hewan lunak (mollusca) yang termasuk dalam kelas gastropoda. Gastropoda
adalah golongan mollusca yang berjalan
dengan perut sebagai kakinya. Badannya lunak dan dilindungi oleh cangkang yang
keras. Jenis hewan ini tersebar di laut, air tawar, dan daratan yang lembab.
Sifat nocturnal bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh faktor gelap diwaktu
malam tetapi ditentukan oleh faktor suhu dan kelembaban lingkungannya. Di waktu
siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot dimana-mana.
Bekicot merupakan
hewan hemaprodit atau hewan berkelamin ganda karena memiliki dua macam sel
gamet pada tubuhnya. Namun kedua sel gamet itu tidak masak dalam waktu yang
bersamaan sehingga masih diperlukan dua hewan agar terjadi fertilisasi. Bekicot
akan meninggalkan jejak berupa lendir ketika sedang berjalan. Tubuh bekicot
secara sederhana dapat diabgi menjadi bagian luar yang keras (rumah atau
cangkang) dan bagian dalam yang lunak (badan). Bekicot lebih memilih untu
memakan tumbuhan yang busuk, hewan, dan alga. Bekicot juga dapat menyebabkan
kerusakan serius pada tanaman pangan dan tanaman hias (Latifa, 2015).
Bekicot dapat hidup
normal sampai umur 3 tahun. Bekicot senang berada di tempat yang lembab dan
banyak terdapat sampah. Bekicot memakan berbagai tanaman budidaya. Oleh karena
itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Bekicot termasuk hewan yang
rakus, cepat berkembang biak, dan mampu
menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan.
Achasin adalah protein
yang terkandung dalam lendir bekicot yang berfungsi biologik penting, selain
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penguapan, membantu pergerakan secara
halus, juga diperlukan untyk melindungi tubuh dari luka-luka mekanis. Lendir
bekicot mengandung glikokonjugat kompleks, yaitu glikosaminoglikan dan
proteoglikan. Lendir bekicot juga mengikat kation divales seperti tembaga (II)
yang dapat mempercepat proses angiogenesis yang secara tidak langsung
mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka Achasin ini bekerja dengan cara menyerang atau menghambat pembentukan
bagian-bagian yang umum dari strain bakteri seperti, lapisan peptidoglikan dan
membran sitoplasma (Otsuka, 1991). lapisan peptidoglikan adalah lapisan
pembentuk dinding sel, dimana dinding sel pada bakteri berperan sangat
penting untuk menahan tekanan osmose dari luar (Dewi, 2010).
Echinodermata
merupakan salah satu biota yang berasosiasi kuat dengan ekosistem padang lamun
dan berperan dalam siklus rantai makanan di ekosistem tersebut (Supono dan
Arbi, 2010).
Teripang
adalah hewan invertebrata laut yang merupakan anggota hewan berkulit duri
(Echinodermata). Duri pada teripang sebenarnya merupakan rangka atau skelet
yang tersusun dari zat kapur dan terdapat di dalam kulitnya. Rangka dari zat
kapur itu tidak dapat terlihat dengan mata telanjang karena sangat kecil
sehingga perlu menggunakan mikroskop. Meski demikian, tidak semua jenis
teripang mempunyai duri beberapa jenis teripang tidak memiliki duri. memiliki
potensi ekonomi yang cukup besar karena mengandung berbagai bahan yang
bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani, obat luka dan
anti inflamasi (Elfidasari, dkk, 2012).
Teripang umumnya memiliki tubuh lunak dan licin.
Permukaan tubuh
tidak bersilia dan diselimuti oleh lapisan kapur yang
tebal tipisnya tergantung
umur. Disepanjang mulut keanus terdapat lima deretan
kaki tabung, terdiri dari
tiga deretan kaki tabung dengan pengisap pada bagian
perut (trivium) yang
berperan dalam respirasi (Lawrence 1987). Di bawah
lapisan kulit terdapat satu lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang.
Sesudah lapisan otot terdapat rongga tubuh yang berisi organ-organ tubuh seperti
gonad dan usus.
perkembangan Holothuria muda dan dewasa sangat
bergantung pada jenis fitoplankton yang mereka makan. Teripang adalah hewan
detritus yaitu makan secara menyapu pasir kedalam mulut. Pergerakan teripang
yang lambat menyebabkannya perlu mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang
efisien, yaitu mengeluarkan holothurin yang toksit dan dapat melumpuhkan hewan
kecil. Holothurin di keluarkan oleh kelenjar khusus yang di sebut sebagai
kuvier. Teripang menjalani dua fase
kehidupan di alam, yaitu fase planktonis dan fase bentik. Larva teripang yakni
stadia auricularia hingga doliolaria bersifat planktonis,
kemudian pada stadia pentactula hidup sebagai bentik sampai menjadi
teripang dewasa.
Kebanyakan
teripang bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan
menyembunyikan diri pada siang hari. Proses makan meliputi pergerakan secara
random untuk mencari makan dan memakannya secara simultan sesuai dengan
kelimpahan dan keberadaan detritus. Sebagai oprganisme yang bisa bergerak
dengan lambat, teripang ini sangat tergantung dengan ketersediaan pakan di
substrat. Kebanyakan suplai makanan adalah bentik dan berada di bawah tubuh
teripang dari pada di kolom air. Hal ini tampak pada bentuk tubuhnya di mana
mulut terletak di bagian ventral. (Elfidasari, dkk, 2012).
Bulu babi termasuk dalam kerajaan Animalia dan
divisi
Echinodermata. Nama echino berarti
duri dan dermata berarti lapisan sehingga dapat dikatakan
bulu babi adalah binatang yang mempunyai kulit berduri. Bulu babi termasuk kedalam kelas Echinoidea. Selajutnya kelas Echinoidea
ini
terbagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Diadematoida,
Cidaroida, Echinothuroida, Phymosomatoida, Arbacioida,
Temnopleuroida, Echinoida, Clypeasteroida, Spatongoida,
Helectypoida, Cassiduloida dan Holasteroida. Bulu babi umumnya
hewan nocturnal atau aktif di malam hari, sepanjang siang mereka
bersembunyi di celah-celah karang dan keluar pada malam hari untuk mencari
makanan (Zakaria, 2013).
(Echinoidea) tidak mempunyai
lengan.Tubuh bulu babi umumnya berbentuk seperti bola dengan cangkang
yang keras berkapur, dan
dipengaruhi dengan duri-duri, ada pula
yang tubuhnya agak pipih.
Secara morfologi kelas Echinoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea
urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin). Bentuk tubuh bulu babi regularia adalah simetri pentaradial hampir berbentuk bola
sedangkan bulu babi
iregularia memperlihatkan bentuk simetri
bilateral yang bervariasi (Agustia, 2016).
Bulu babi
biasanya hidup menge-lompok tergantung dari jenis habitatnya. Di sepanjang
perairan pantai hewan ini memi-liki variasi spesies yang cukup besar dan
melimpah. Grazing bulu babi mempunyai pengaruh biologi dan ekologi yang penting
pada Ko-munitm terumbu karang. Beberapa spesies bulu babi menyebabkan bioerosi
bersubstrat ka-pur di daerah rataan terumbu karang dan bersubsrat keras
(berbatu), daerah inter-tidal dan subtidal (Moningkey, 2010).
Kelas
Ophiuroidea adalah anggota dari Filum Echinodermata yang sejajar dengan kelas
lain, yaitu Crinoidea, Asteroidea, Echinoidea dan Holothuroidea (Brusca dan
Brusca 2003). Kelas Ophiuroidea dibagi menjadi dua ordo yaitu, Ophiurida dan Euryalida.
Kelas Ophiuroidea memiliki 16 famili dengan 276 genus dan 2064 spesies
teridentifikasi yang tersebar di seluruh dunia (Setiawan, 2013).
Kelas
Ophiuroidea merupakan kelompok hewan dengan jumlah anggota terbesar dari Filum
Echinodermata. Anggota kelompok ini memiliki tubuh dengan lima lengan yang
panjang. Kelima lengan ini bisa digerakkan menyerupai gerakan ular, sehingga
hewan ini disebut bintang mengular laut (brittle star).
Echinodermata
memiliki peran penting dalam perairan dimana kelompok Echinodermata memiliki
fungsi sebagai pemakan sampah yang mengandung bahan organik. Bintang mengular
(Ophiuroidea) yang tergolong dalam filum Echinodermata merupakan salah satu
hewan bentik (hidup di dasar) dan memiliki kebiasaan bersembunyi (dwelling
habit). Bintang mengular juga tergolong biota pemakan detritus (Nugraha,
dkk, 2014). bintang
mengular memiliki peranan
sebagai
pelindung karang dari pertumbuhan alga yang berlebihan (Triana, 2015).
Ophiuroidea
umumnya memiliki jenis kelamin yang terpisah (diocious), sehingga
terdapat individu yang berjenis kelamin jantan dan individu yang berjenis
kelamin betina (Brusca dan Brusca 2003). Beberapa spesies yang lain ada yang
bersifat hermaprodit dan memiliki organ reproduksi berupa gonad. Pada individu
yang berjenis kelamin jantan, terdapat lima pasang testis sedangkan pada
individu yang berjenis kelamin betina terdapat lima pasang ovarium. Fertilisasi
terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Sel telur yang telah dibuahi
akan membelah secara cepat dan menghasilkan blastula, selanjutnya berkembang
menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva mikroskopis yang
lengannya bersillia dan disebut pluteus. Pluteus kemudian
mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa (Lawrence 1987).
Untuk mengetahui
karakter morfologi spesimen Mollusca dan Echinodermata di berbagai tempat ada
yang dari daerah perikanan Rambi Gundam,
pasar balung, sawah Kebon Agung, dan pantai Papuma Jember, maka kami
melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi spesiemen Mullosca dan Echinodermata salah satu nya dengan menentukan klasifikasi dan membuat
Dendogram. Sehingga kita bisa mengklasifikasikan spesimen Mollusca dan Echinodermata.
METODE PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi
Karakter Morfologi Spesimen Mollusca dan Echinodermata” dilaksanakan pada hari
senin tanggal 16 April 2018 melakukan pengamatan yang bertempat di LAB Terpadu
IAIN Jember.
Alat-alat yang kami gunakan pada saat praktikum antara
lain: alat seksi, papan seksi, kaca pembesar (loup), buku identifikasi, lembar
pengamatan dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang kami gunakan antara lain:
spesimen Mullusca dan Echinodermata.
Prosedur kerja pada saat pengamatan
spesimen Mollusca dan Echinodermata: pertama, menyiapkan alat dan bahan, kedua,
meletakkan spesimen di atas papan seksi. Selanjutnya, mengamati spesimen dengan
kaca pembesar (loup). Kemudian mencatat karakter morfologi yang meliputi bentuk
tubuh, warna tubuh, simetri tubuh, ukuran panjang/lebar. Serta menggambar
secara skematis spesimen Mollusca dan Echinodermata beserta keterangannya. Lalu
menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan. (Mubarok, 2018)
HASIL
Berdasarkan pengamatan yang kami lakuakan
tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Spesiemen Mollusca dan Echinodermata”
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan Spesimen Mollusca
Lokasi: Perikanan
Rambi Gundam, Jember.
|
||
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
|
Gambar 2. Dokumntasi literatur
|
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
|
Karakter Morfologi:
ü Ukuran
: P= 8 cm dan L= 6 cm
ü Warna
: Hitam
ü Bentuk
: oval
ü Simetri
: Bilateral
|
Klasifikasi:
ü Kingdom:
Animalia
ü Filum:
Mollusca
ü Kelas:
Bivalvia
ü Ordo:
Unionoida
ü Famili:
Unionidae
ü Genus:
Anodonta
ü Spesies:
Anodonta sp.
|
Tabel 2. Pengamatan Spesimen Mollusca
Lokasi: Pasar
Balung, Jember
|
||
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
|
Gambar 2. Dokumntasi literatur
|
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
|
Karakter Morfologi:
ü Warna
tubuh: putih ke pink an
ü Simetri
tubuh: bilateral
ü Ukuran:
P= 22 cm dan L= 4 cm
ü Bentuk:
bulat dan memanjang
|
Klasifikasi:
ü Kingdom:
Animalia
ü Filum:
Mullosca
ü Kelas:
Cephalopoda
ü Ordo:
Teuthoidea
ü Family:
Loligonidea
ü Genus:
Loligo
ü Spesies:
Loligo sp.
|
Tabel 3. Pengamatan Spesimen Mollusca
Lokasi: Sawah
Kebon Agung, Jember.
|
||
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
|
Gambar 2. Dokumntasi literatur
|
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
|
Karakter Morfologi:
ü Bentuk
tubuh : bercangkang terpilin spiral (kerucut)
ü Simetri:
Bilateral
ü Warna:
coklat dengan pola garis gelap
ü Bertubuh
lunak dengan dua mata yang disebut stigma
ü Ukran:
P= 6 cm dan L= 4 cm
|
Klasifikasi:
ü Kingdom:
Animalia
ü Filum:
Mollusca
ü Kelas:
Gastropoda
ü Ordo:
Stylommatophora
ü Family:
Achatinidae
ü Genus:
Achatina
ü Spesies:
Achatina fulica
|
Tabel 4. Pengamatan Spesimen Echinodermata
Lokasi: Pantai
Papuma, Jember.
|
||
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
|
Gambar 2. Dokumntasi literatur
|
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
|
Karakter Morfologi:
ü Bentuk
tubuh : memanjang dan penampang tubuh bulat
ü Simetri:
Bilateral
ü Warna:
hitam
ü Ukuran:
P= 9,5 cm dan L= 4 cm
|
Klasifikasi:
ü Kingdom:
Animalia
ü Filum:
Echinodermata
ü Kelas:
Holothuroidea
ü Ordo:
Aspidochirotida
ü Family:
Holothuridae
ü Genus:
Holothuria
ü Spesies:
Holothuria edulis
|
Tabel 5. Pengamatan Spesimen Echinodermata
Lokasi: Tanjung
Papuma, Jember.
|
||
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
|
Gambar 2. Dokumntasi literatur
|
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
|
Karakter Morfologi:
ü Bentuk
tubuh : bulat dengan anus di atas dan gigi di bawa
ü Warna
tubuh: Hitam berduri putih
ü Simetri
tubuh: radial
ü Ukuran
Tubuh: P= 5,7 cm
|
Klasifikasi:
ü Kingdom:
Animalia
ü Filum:
Achinodermata
ü Kelas:
Echinoidea
ü Ordo:
Echinoida
ü Family:
ü Genus:
Echinus
ü Spesies:
Echinus sp.
|
Tabel 6. Pengamatan Spesimen Echinodermata
Lokasi: Pantai
Tanjung Papuma, Jember.
|
||
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
|
Gambar 2. Dokumntasi literatur
|
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
|
Karakter Morfologi:
ü Bentuk
tubuh : lengan langsing, meruncing, padat dan berduri
ü Warna
tubuh : hitam
ü Simetri
tubuh : simetri bilateral
ü Mulut
berada di tengah, memilki lima lengan
|
Klasifikasi:
ü Kingdom:
Animalia
ü Filum:
Echinodermata
ü Kelas:
Ophiuroidea
ü Ordo:
Ophiacanthida
ü Family:
Ophiocomidae
ü Genus:
Ophiocoma
ü Spesies:
Ophiocoma sp.
|
DENDOGRAM
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil
pengamatan (dapat dilihat pada gambar dan tabel), maka dapat diketahui bahwa
Filum Mollusca memiliki banyak spesies yang berbeda diantaranya Anodonta anatina, Loligo sp., Achatina fulica dan Filum Echinodermta juga memiliki
banyak spesies yang berbeda diantarnya Holothuria edulis, Echinus sp.,Ophiocoma sp..
Anodonta anatina memiliki tubuh
bilateral simetri, lunak dan ditutupi mantel yang menghasilkan zat kapur, serta
bernafas dengan insang. Tubuhnya berbentuk pipih secara lateral dan memiliki
dua cangkang yang berengsel secara dorsal dan menutupi seluruh tubuhnya.berbenttuk
oval, dengan ukuran panjang 8 cm dan lebar 6 cm.
Anodonta anatina memiliki
kijing memilki sepasang Gonad dimana gonuduct dan renalduct bermuara pada
sebuah papila. Telur-telur dari ovarium akan menuju rongga insang yang
berfungsi sebagai ruang penetasan yang kemudian akan dibuahi oleh sperma yang
masuk mengikuti aliran air. Setelah dibuahi, telur tesebut akan berkembang
menjadi larva yang disebut glochidium. Proses respirasi pada kijing terjadi di
dalam insang dan mantel. Insang merupakan sepasang membran yang terdiri dari
dua lamella. Pada lamella terdapat sejumlah saluran air yang letaknya vertikel
dan bersatu pada rongga. Subprabrancial yang ujungnya menuju ke sifon dorsal ke
arah dimana air yang telah diambil oksigennya dikeluarkan.
Jantung
Anodonta anatina terletak di dalam rongga pericardium yang terdiri atas satu serambi dan dua
bilik. Darah dari serambi akan di pompa kedua arah, kedepan melalui aorta
anterior menuju kaki dan alat tubuh lainnya kecuali insang dan ginjal. Dari
mantel darah langsung kemabli ke bilik. Darah yang telah bersikulasi dari organ
yang lain akan di lewatkan melalui pembuluh darah kecil (Vena) menuju ginjal
untuk membuang sisa metabolisme darah kemudian ke insang untuk mengikat oksigen
dan melepaskan CO2.
Cumi-cumi Loligo sp. hidup memiliki warna krem kemerahan, tetapi
setelah ditangkap dan mati warna tubuhnya menjadi krem kekuningan dengan bintik
hitam. Bentuk tubuhnya adalah simetri bilateral dan dapat dibedakan atas kepala,
leher dan mantel/badan. Pada bagian kepala terdapat mulut yang dikelilingi oleh
dua tangan panjang (tentakel) dan delapan tangan pendek. Lebar kepala cumi-cumi
hampir sama dengan lebarnya mantel. Mata terdapat pada sisi kiri dan kanan
kepala. Bagian dorsal leher cumi-cumi tampak jelas, sedang bagian ventral leher
tidak jelas karena tertutup oleh corong atau sifon yang keluar dari mantel. Ukuran tubuhnya panjang 22 cm dan lebar 4
cm.
Mantel cumi-cumi Loligo sp. berbentuk bulat panjang, langsing dan
berbentuk kerucut di bagian posterior. Pada sisi kanan dan kiri bagian dorsal
mantel terdapat sirip yang menyatu dengan mantel dan menempati kurang lebih
sepertiga bagian posterior mantel.
Cumi-cumi jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, jantan berukuran
lebih panjang dan lebih langsing dibandingkan dengan betina. Perbedaan jenis kelaminnya
akan lebih jelas tampak pada cumi-cumi matang gonad karena cumi-cumi betina
memiliki bentuk tubuh gemuk di bagian ventral dan warna mantel lebih gelap.
Pada permukaan dorsal mantel, kepala dan tangan terdapat kumpulan
kromatofor, sehingga bagian-bagian tersebut tampak berwarna lebih gelap. Bagian
ventral mantel berwarna lebih terang karena penyebaran kromatofor tidak
mengelompok sedang permukaan ventral sirip tidak terdapat kromatofor, sehingga
sirip bagian ventral berwarna putih.
Mulut cumi-cumi terdapat di tengah-tengah kepala, dikelilingi oleh tentakel
dan tangan yang mempunyai alat pengisap. Bagian dalam mulut dikelilingi gigi
kitin yang tajam dengan ukuran bervariasi dan lidah parut (radula) di bagian
tengah mulut. Bila mantel bagian dorsal dibuka, tampak leher bagian dorsal
melekat dengan kepala dan mantel. Pada leher bagian ventral terdapat sifon yang
melekat pada kepala dan leher akan tetapi tidak melekat pada mantel. Di leher
terdapat kartilago sebagai penyangga leher. Sebelah dalam mantel bagian dorsal
terdapat pen berwarna putih dan berbetuk panjang dengan kedua ujungnya meruncing.
Di dalam rongga mantel (tampak dorsal) terdapat organ dalam yaitu: insang, lambung,
gonad, pankreas, sekum, rektum, kantung tinta. Pada kantung tinta terdapat sepasang
organ, berbentuk bulat lonjong menempel pada bagian latero-dorsal kantung tinta.
Secara keseluruhan, alat pencernaan cumi terdiri atas mulut, rongga mulut,
faring yang panjang, oesofagus, lambung, usus, anus. Bagian mulut terletak di
bagian kepala dan anus terletak pada corong di bagian ventral cumi-cumi
sehingga makanan dan sisa makanan masing-masing masuk dan keluar di bagian
anterior tubuh cumi-cumi. Kantung tinta cumi-cumi melekat dan bermuara pada
saluran pencernaan dekat anus.
Ciri-ciri umum
bekicot (Achatina fulica) adalah mempunyai cangkang yang tidak begitu
mencolok dan bentuk cangkang cenderung meruncing, berat badan antara 150-200 g
atau lebih, dengan ukuran badan antara 90-130 mm, dan mampu bertelur kurang
lebih 3 -4 kali dalam 2 – 3 tahun dengan jumlah telur mencapai 100-300 butir.
Telur bekicot menetas dalam jangka waktu 7 hingga 14 hari.
Bekicot (Achatina fulica) memiliki sebuah cangkang sempit berbentuk
kerucut yang panjangnya dua kali lebar tubuhnya dan terdiri dari tujuh ruas
lingkaran. Hal ini menandakan bahwa bekicot telah dewasa. Cangkang bekicot
memilki warna coklat kemerahan dengan pola garis gelap. Ukuran tubuh memilki
panjang 6 cm dan lebar 4 cm. Simetri tubuhnya bilateral. Bertubuh lunak dengan
2 mata yang disebut “ stigma”.
Tubuh teripang (Holothuria edulis)
umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris, dengan mulut pada salah satu
ujungnya dan anus pada ujung lainnya. Yaitu anus berada
pada bagian anterior dan anus berada pada bagian posterior. Mulut dikelilingi
oleh tentakel-tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik kembali dengan cepat.
Tentakel-tentakel ini merupakan modifikasi dari kaki tabung
yang berfungsi untuk menangkap makanan. Tubuhnya berotot, sedangkan kulitnya halus
atau berbintil. Warna tubuhnya hitam kecoklatan dengan ukuran tubuh panjang 9,5
cm dan lebar 4 cm. Teripang memiliki tubuh lunak dan licin. Permukaan
tubuh tidak bersilia dan diselimuti oleh lapisan kapur yang tebal tipisnya
tergantung umur. Disepanjang mulut keanus terdapat lima deretan kaki tabung,
terdiri dari tiga deretan kaki tabung dengan pengisap pada bagian perut
(trivium) yang berperan dalam respirasi (Lawrence 1987). Di bawah lapisan kulit
terdapat satu lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang. Sesudah
lapisan otot terdapat
rongga tubuh yang berisi organ-organ tubuh seperti
gonad dan usus.
Suwignyo dkk, (2005) menyatakan tubuh bulu babi
berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak
bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat digerakkan.
Rusyana, (2011) bulu babi tidak mempunyai lengan tubuh
berbentuk seperti cangkang berkapur. Bulu babi dipenuhi dengan duri. Duri melekat pada otot yang menyerupai
bongkol (tuberkel). Aslan (2010) bahwa bulu
babi memiliki duri yang panjang dan kadang
berwarna mencolok (contoh: bulu babi dari Famili Diadematidae, Echinoidae dan
Toxopneustidae). Sedangkan kelompok iregularia adalah kelompok bulu babi yang
memiliki bentuk tubuh yang memipih (flattened), contoh: Dolar pasir.
Suwignyo dkk, (2005) semua organ pada bulu babi
umumnya terletak di dalam tempurung (test sceleton) yang terdiri atas 10
keping pelat ganda, biasanya bersambungan dengan erat, yaitu pelat ambulakral,
di samping itu terdapat pelat ambulakral yang berlubanglubang tempat keluarnya
kaki tabung. Rusyana (2011) ambulakral pendek dan terletak di antara duri-duri
yang panjang. Mulut dikelilingi oleh lima buah gigi yang berkumpul di dalam
bibir yang corong.
Aslan, (2010) menyatakan bahwa cangkang bulu babi
terdapat segmen interambulakral dan ambulakral yang tersusun secara berselang
seling hingga lima segmen. Interambulakral merupakan segmen terbesar yang
ditunjukkan dengan terdapatnya tuberkel (tempat menempelnya duri pada
cangkang). Pada segmen interambulakral ini tidak terdapat kaki tabung kaki
tabung berguna juga dalam membantu mengambil makanan dari duri.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Bulu Babi (Echinus
sp.) berwana hitam dengan duri yang berwarna putih keunguan (mencolok). Bentuk
tubuhnya bulat dengan anus di atas dan gigi di bawah. Ukuran bulu babi panjang
5,7 cm. Simetri tubuhnya radial. Dan bulu babi ini termasuk bulu babi yang
beraturan (regular).
Bintang
mengular (Ophiocoma sp.) memiliki karakteristik tubuh berbentuk simetri bilateral
(tubuh dapat dibagi lima bagian tersusun mengelilingi sumbu pusat) dengan
permukaan tubuh yang dipenuhi duri-duri kecil yang berbentuk tumpul dan pendek.
Pada saat larva, tubuh Ophiuroidea berbentuk bilateral simetri. Mulut dan
madreporitnya terdapat di permukaan oral. Tubuh Ophiuroidea tidak bersegmen dan
memiliki kerangka dalam yang berkembang baik dan terdiri dari lempeng-lempeng
kapur yang mengandung kalsium karbonat dan sedikit magnesium karbonat. Kelima
lengan Ophiuroidea menempel pada cakram pusat yang disebut discus central.
Lima lengan tersebut berukuran panjang, langsing, fleksibel, dan berbentuk
seperti cambuk. Alat pergerakannya berupa sistem ambulakral yang dibantu dengan
rangka internal yang tersusun dari kalsium karbonat. Bintang mengular memiliki
cakram tengah yang jelas terlihat dari lengannya yang panjang sehingga
memudahkannya bergerak. Kaki tabung (kaki ambulakral) tidak memilki alat isap
dan bintang mengular bergerak dengan mencambukkan lengannya.
Ophiuroidea
memiliki lima rahang dan tidak memiliki usus maupun anus. Sistem pernapasan
meliputi pertukaran udara dan ekskresi dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil
yang bercelah di sekitar mulut yang disebut bursae slit dan alat ini
berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad). Sistem saraf terdiri
atas cincin saraf utama yang bekerja di sekitar cakram utama. Sistem pencernaan
Ophiuroidea berada di perut. Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola
cakram, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang
berbentuk kantong. Pembuluh dari sistem vaskular air akan berakhir di kaki
tabung dan sistem vaskular air umumnya memiliki satu madreporit. Di sekeliling
mulut terdapat rahang yang berupa lima kelompok lempeng kapur. Makanan dipegang
oleh satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan bantuan
tentakel dimasukkan ke mulut. Bahan-bahan yang tidak tercerna dibuang ke luar
melalui mulutnya.
Bintang ular laut memakan organisme kecil
dan organisme yang tidak hidup. Makanan tersebut berasal dari lumpur di
permukaan dasar laut. Makanan masuk ke dalam mulut dengan menggunakan kaki
tabung. Dua bagian pada setiap lengannya terdapat mulut. Baris dari durinya
mencuat keluar ke arah mulut yang berfungsi untuk memasukkan makanan. Bintang
ular laut memiliki perut yang sederhana terdiri dari kantung tanpa ceca.
Sehingga makanan tidak keluar dari mulut. Bintang ular laut tidak memiliki
anus. Bintang ular laut jenis lain ada yang memakan plankton dengan cara
menangkapnya menggunakan kait yang berukuran mikroskopis di ujung cabang dari
lengannya.
SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan spesimen Mollusca dan
Echinodermata dapat disimpulkan bahwa Filum Mollusca memiliki banyak spesies
yang berbeda diantaranya Anodonta anatina, Loligo sp., Achatina fulica dan Filum Echinodermta juga memiliki
banyak spesies yang berbeda diantarnya Holothuria edulis, Echinus sp.,Ophiocoma sp..
DAFTAR PUSTAKA
Agustia.
2016. Mikrohabitat Bulu Babi (Echinoidea) pada Wilayah Intertidal Pulau Kapota
Kawasan Taman Nasional Wakatobi Tenggara. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Kendari: Universitas Halu oleo.
Aslan, L., 2010. Bulu Babi (Manfaat dan
Pembudidayaanya) Edisi Revisi. Kendari:
Unhalu Press.
Brusca RC, Brusca
GJ. 2003. Invertebrates.
2nd Edition. New
York (US): Sinauer
Associates.
Chodrijah,
Umi dan Budiarti, Tri Wahyu. 2011. Beberapa Aspek Biologi Cumi-Cumi Jamak (Loligo Duvaucelli) Yang Di Daratkan Di Blanakan,
Subang, Jawa barat. BAWAL. Vol.3 (6) Desember 2011 :
357-362.
Dewi,
Sinta Prastiana. 2010. Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achatian
fulica) dan Gel Bioplacenton terhadap Penyembuhan Luka Bersih pada Tikus
Putih. SkripsiFakultas Kedokteran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Elfidasari,
Dewi. 2012. Identifikasi Jenis Teripang Genus Kolothuria Asal Perairan Sekitar
Kepulauan Seribu Berdasarkan Perbedaan Morfolog. Jurnal Al-Azhar Indonesia
Seri Sains dan Teknologi. Vol 1. No 3. 140-146.
Hamzah,
M.S., Pramudji. 1997. Pengaruh musim terhadap hasil tangkapan cumi-Cumi pena (Uroteuthis
Barchi) dengan menggunakan beberapa jenis alat tangkap di Perairan Taliabu
Barat, Maluku Utara. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi – LIPI,
Jakarta.
Latifa, Isma Olivia. 2015. Uji Aktivitas Lendir
Bekicot (Achatina fulica) terhadao Tingkat Kesembuhan Luka Insisi secara
Makroskopis dan Mikroskopis pada Ular Sanca Batik (Phython reticulatus).
Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. Surabaya: Universitas Airlangga.
Lawrence J. 1987. A Functional Biology of
Echinoderms. Baltimore (US):
The Johns Hopkins University Press.
Moningkey,
Ruddy Djonie. 2010. Pertumbuhan Populasi Bulu Babi (Echinometra mathaei)
di Perairan Pesisir Kima Bajo Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal perikana dan
Kelautan. Vol. VI-2. 73-78.
Mubarok,
Husni. 2018. Panduan Praktikum Taksonomi Hewan. Jember: IAIN Jember.
Nugraha, Wasito,
dkk. 2014. Kelimpahan
Bintang Mengular (Ophiuroidea) Di Perairan Pantai Sundak Dan Pantai Kukup
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Diponegoro Journal Of Maquares. Volume
3. Nomor 4. 51-57.
Rudiana,
Esti dan Pringgenies, Delianis. 2004. Morfologi dan Anatomi Cumi-Cumi Loligo duvauceli yang
Memancarkan Cahaya. Ilmu
Kelautan. Vol. 9 (2) :
96 – 100.
Rusyana, A., 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan
Praktik). Bandung: ELFABETA.
Setiawan, Rendy. 2013. Pilihan Habitat Ophiuroidea Di Zona
Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Tesis Program Studi
Biosains Hewan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Supono
dan U.Y. Arbi. 2010. Jenis-jenis Ekinodermata di Padang Lamun Perairan Kema,
Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36(3):
329-341.
Suwignyo, S., Widigdo, B., Wardiantno, Y., Krisanti,
M., 2005. Avertebrata Air Jilid 2. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tampa, Ahazia. 2015. Morfometrik Kijing Taiwan (Adononta
woodiana) di Beberapa Lokasi di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa
Utara. Jurnal Ilmiah PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT. Manado.
Tasywiruddin,
M. 1999. Sebaran kelimpahan cumi-cumi (Loligo edulis Hoyle, 1885)
berdasarkan jumlah dan posisi lampu pada operasi penangkapan dengan payang oras
di Perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat. Tesis, Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
Triana,
Rani. 2015. Identifikasi Echinodermata di Selatan Pulau Tikus, Gugusan Pulau
Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pros Sem Nas Masy Biodivindon. Volume
1. Nomor 3. 455-459.
Zakaria,
I.J. 2013. Komunitas Bulu Babi (Echinoidea) di Pulau Cingkuak, Pulau Sikuai dan
Pulau Setan Sumatera Barat. Prosiding SEMIRATA FMIPA. Lampung: Universitas
Lampung.
Komentar
Posting Komentar