Laporan Praktikum Taksonomi Hewan



Identifikasi Karakter Morfologi Spesimen Mollusca dan Echinodermata

Ririn Dewi Astutik
Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Jember
NIM: T20158025

ABSTRAK
Mollusca adalah hewan bertubuh lunak, tidak beruas-ruas, triploblastik, dan selomata (berongga tubuh sejati). Mollusca dibagi menjadi beberapa kelas antara lain Poltplacophora, Pelecypoda, Bivalvua, Gastropoda, Scaphopoda, dan Cephalopoda. Echinodermata adalah hewan laut yang memiliki karakteristik berupa kulit yang berduri dan bergranula. Filum Echinodermata dibagi menjadi 5 kelas yaitu Asteroidea, Crinoidea, Echinoidea, Holothuroidea, dan Ophiuroidea. Kelompok hewan ini umum dijumpai di daerah pantai terutama daerah batu berpasir dan terumbu karang. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologi spesimen Mollusca dan Echinodermata berdasarkan kunci identifikasi, mengklasifikasikan spesimen Mollusca dan Echinodermata dan membuat dendogram spesimen Mollusca dan Echinodermata. Metode yang kami lakukan ialah pertama mengambil sampling spesimen Mollusca dan Echinodermata untuk dijadikan bahan praktikum kemudian kami melakukan pengamatan di LAB. Hasil yang kami peroleh ialah 3 spesies Mollusca yaitu Loligo sp., Achatina fulica, dan Anodonta anatina dan juga 3 spesies Echinodermata diantaranya Echinus sp., Holothura edulis, dan Ophiocoma sp.


Kata kunci: Loligo sp./ Echinus sp./Holothura sp./Anodonta anatina/ Ophiocoma sp./ Achatina fulica.

.

PENDAHULUAN
Praktikum ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengidentifikasi karakter morfologi spesimen Mollusca dan Echinodermata yang di ambil dari berbagai tempat ada yang dari daerah perikanan Rambi Gundam, pasar balung, sawah Kebon Agung, dan pantai Papuma Jember. Dalam hal ini berkaitan dengan ayat alquran surah an-Nur ayat 45.

وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengam dua kaki sedang bagian yang lain berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakinya, sesungguhnya allah maha kuasa atas segala sesuatu.”
Maksud dari “hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya” ialah menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan hewan invertebrata diantaranya ada Mollusca dan Echinodermata.
Anodonta sp. termasuk ke dalam Filum Mollusca. Ciri umum dari Filum ini adalah memiliki tubuh bilateral simetri, lunak dan ditutupi mantel yang menghasilkan zat kapur, serta bernafas dengan insang. Tubuhnya berbentuk pipih secara lateral dan memiliki dua cangkang yang berengsel secara dorsal dan menutupi seluruh tubuhnya. Famili Unionidae pada umumnya banyak ditemukan di kolam, danau, sungai atau perairan tawar lainnya.
Anadonta sp. merupakan jenis kerang air tawar yang terdiri dari dua keping cangkang yang kembung yang berwarna kecoklat coklatan. Cangkang kijing taiwan terdiri dari tiga lapis, meliputi lapisan luar yang mengandung zat tanduk, lapisan tengah berupa kristal kalsium karbonat dan lapisan dalam sebagai lapisan mutiara yang mengandung kalsium karbonat dan dapat memantulkan cahaya. Di dalam cangkang tersebut terdapat dua buah mantel yang pada ujungnya terdapat dua buah sifon yang berbeda fungsinya. Sifon ventral yang berfungsi sebagai alat pemasukan air (makanan), dan sifon dorsal untuk pembuangan sisa metabolisme. Cangkang dapat terbuka dan tertutup akibat gerakan otot adductor anterior dan posterior. Kaki kijing berbentuk kapak dan pipih yang terletak pada bagian anterior tubuh. Penjuluran dan penarikan kaki disebabkan oleh adanya kontraksi otot protaktor dan retraktor (Suwignyo, 2005).
Anadonta sp. yang memilki pertumbuhan cepat adalah berukuran 2-5 cm. Sedangkan ukuran yang lebih besar dari 10 cm memilki laju pertumbuhan yang lambat, dikarenakan kerang tersebut mulai dewasa dengan kecenderungan pembentukan gonat. Sehingga makanan dan energi yang didapat sebagian besar dipaki untuk proses reproduksi. Kijing berukuran 34-45 mm lebih cepat pertumbuhannya dari pada yang ukuran besar 75-85 mm. Sedangkan kijing taiwan yang telah matang gonad berumur 6 bulan.
Anodonta sp. dapat mengurangi material - material pada perairan meliputi sedimen bahan organik, bakteri, dan fitoplankton karena kerang merupakan filter feeders. Ketika kerang menyaring makanan, mereka dapat memberikan hubungan integral antara habitat pelagik dan bentik. Kepadatan kumpulan kerang dapat menjaga kestabilan substrat. Kijing taiwan juga merupakan makanan bagi predator terestrial maupun akuatik seperti burung, ikan, dan berangberang. cangkang kerang yang lapuk dan tererosi menjadi cadangan kalsium karbonat jangka panjang. Disisi lain kijing taiwan termasuk dalam kelompok hewan yang paling terancam kepunahan yaitu 73% di antara hewan- hewan lain secara global (Tampa, dkk, 2015).
Cumi adalah hewan dari kelas Cephalopoda yang termasuk hewan karnivora karena memiliki kebiasaan memakan hewan-hewan seperti udang dan ikan-ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya (Tasywiruddin, 1999). Daerah penyebaran cumi meliputi perairan Pasifik bagian barat, Filipina dan Indonesia, yang tersebar mulai dari lapisan permukaan sampai dengan kedalaman 100 meter, hidup bergerombol dan terpusat pada perairan pantai yang memiliki ekosistem lamun dan karang (Hamzah, 1997).
Cumi-cumi secara taksonomis termasuk kelas Chepalopoda. Cumi -cumi merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis penting, dan mengandung nilai gizi yang tinggi dengan cita rasa yang khas. Bagian yang dapat dimakan (edible portion) mencapai hampir 100%, karena termasuk hewan lunak (Phyllum Mollusc) dengan cangkang yang sangat tipis pada bagian punggung. Famili Loliginidae mempunyai beberapa genus yang sebagian besar jenisnya hidup di perairan laut daerah tropik. Genera yangmempunyai nilai atau berpotensi ekonomi adalah Loligo, Sepioteuthis, dan Uroteuthis (Chodrijah dan Budiarti, 2011).
Secara umum, ciri-ciri cumi-cumi genus Loligo adalah bentuk tubuhnya yang langsing, sirip selalu terdapat di ujung posterior mantel, ada delapan tangan dan dua tentakel yang dilengkapi dengan alat pengisap. Karakteristik genus Loligo ini dijumpai pada cumi-cumi memancarkan cahaya yang terdapat di perairan Jepara (Rudiana dan Pringgenies, 2004).
Distribusi cumi-cumi genus Loligo dominan di perairan daerah tropis Indo-Pasifik: mulai dari perairan laut merah dan perairan laut sekitar Arab, meyebar luas dari perairan bagian timur wilayah Mozambika sampai perairan bagian selatan wilayah laut Cina, perairan di sekitar Pilipina hingga Taiwan dan perairan di sekitar laut Andaman. Ada 5 spesies Loligo yang terdapat di perairan Samudra Indonesia yakni: Loligo duvauceli, Loligo sp., Loligo Kobiensis dan Loligo forbesii (Rudiana dan Pringgenies, 2004).
Bekicot termasuk golongan hewan lunak (mollusca) yang termasuk dalam kelas gastropoda. Gastropoda adalah  golongan mollusca yang berjalan dengan perut sebagai kakinya. Badannya lunak dan dilindungi oleh cangkang yang keras. Jenis hewan ini tersebar di laut, air tawar, dan daratan yang lembab. Sifat nocturnal bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh faktor gelap diwaktu malam tetapi ditentukan oleh faktor suhu dan kelembaban lingkungannya. Di waktu siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot dimana-mana.
Bekicot merupakan hewan hemaprodit atau hewan berkelamin ganda karena memiliki dua macam sel gamet pada tubuhnya. Namun kedua sel gamet itu tidak masak dalam waktu yang bersamaan sehingga masih diperlukan dua hewan agar terjadi fertilisasi. Bekicot akan meninggalkan jejak berupa lendir ketika sedang berjalan. Tubuh bekicot secara sederhana dapat diabgi menjadi bagian luar yang keras (rumah atau cangkang) dan bagian dalam yang lunak (badan). Bekicot lebih memilih untu memakan tumbuhan yang busuk, hewan, dan alga. Bekicot juga dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman pangan dan tanaman hias (Latifa, 2015).
Bekicot dapat hidup normal sampai umur 3 tahun. Bekicot senang berada di tempat yang lembab dan banyak terdapat sampah. Bekicot memakan berbagai tanaman budidaya. Oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Bekicot termasuk hewan yang rakus, cepat berkembang  biak, dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan.
Achasin adalah protein yang terkandung dalam lendir bekicot yang berfungsi biologik penting, selain dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penguapan, membantu pergerakan secara halus, juga diperlukan untyk melindungi tubuh dari luka-luka mekanis. Lendir bekicot mengandung glikokonjugat kompleks, yaitu glikosaminoglikan dan proteoglikan. Lendir bekicot juga mengikat kation divales seperti tembaga (II) yang dapat mempercepat proses angiogenesis yang secara tidak langsung mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka Achasin ini bekerja dengan cara menyerang atau menghambat pembentukan bagian-bagian yang umum dari strain bakteri seperti, lapisan peptidoglikan dan membran sitoplasma (Otsuka, 1991). lapisan peptidoglikan adalah lapisan pembentuk dinding sel, dimana dinding sel pada bakteri berperan sangat penting untuk menahan tekanan osmose dari luar (Dewi, 2010).
Echinodermata merupakan salah satu biota yang berasosiasi kuat dengan ekosistem padang lamun dan berperan dalam siklus rantai makanan di ekosistem tersebut (Supono dan Arbi, 2010).
Teripang adalah hewan invertebrata laut yang merupakan anggota hewan berkulit duri (Echinodermata). Duri pada teripang sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat kapur dan terdapat di dalam kulitnya. Rangka dari zat kapur itu tidak dapat terlihat dengan mata telanjang karena sangat kecil sehingga perlu menggunakan mikroskop. Meski demikian, tidak semua jenis teripang mempunyai duri beberapa jenis teripang tidak memiliki duri. memiliki potensi ekonomi yang cukup besar karena mengandung berbagai bahan yang bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani, obat luka dan anti inflamasi (Elfidasari, dkk, 2012).
Teripang umumnya memiliki tubuh lunak dan licin. Permukaan tubuh tidak bersilia dan diselimuti oleh lapisan kapur yang tebal tipisnya tergantung umur. Disepanjang mulut keanus terdapat lima deretan kaki tabung, terdiri dari tiga deretan kaki tabung dengan pengisap pada bagian perut (trivium) yang berperan dalam respirasi (Lawrence 1987). Di bawah lapisan kulit terdapat satu lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang. Sesudah lapisan otot terdapat rongga tubuh yang berisi organ-organ tubuh seperti gonad dan usus.
perkembangan Holothuria muda dan dewasa sangat bergantung pada jenis fitoplankton yang mereka makan. Teripang adalah hewan detritus yaitu makan secara menyapu pasir kedalam mulut. Pergerakan teripang yang lambat menyebabkannya perlu mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang efisien, yaitu mengeluarkan holothurin yang toksit dan dapat melumpuhkan hewan kecil. Holothurin di keluarkan oleh kelenjar khusus yang di sebut sebagai kuvier.  Teripang menjalani dua fase kehidupan di alam, yaitu fase planktonis dan fase bentik. Larva teripang yakni stadia auricularia hingga doliolaria bersifat planktonis, kemudian pada stadia pentactula hidup sebagai bentik sampai menjadi teripang dewasa.
Kebanyakan teripang bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang hari. Proses makan meliputi pergerakan secara random untuk mencari makan dan memakannya secara simultan sesuai dengan kelimpahan dan keberadaan detritus. Sebagai oprganisme yang bisa bergerak dengan lambat, teripang ini sangat tergantung dengan ketersediaan pakan di substrat. Kebanyakan suplai makanan adalah bentik dan berada di bawah tubuh teripang dari pada di kolom air. Hal ini tampak pada bentuk tubuhnya di mana mulut terletak di bagian ventral. (Elfidasari, dkk, 2012).
Bulu babi termasuk dalam kerajaan Animalia dan divisi Echinodermata. Nama echino berarti duri dan dermata berarti lapisan sehingga dapat dikatakan bulu babi adalah binatang yang mempunyai kulit berduri. Bulu babi termasuk kedalam kelas Echinoidea. Selajutnya kelas Echinoidea ini terbagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Diadematoida, Cidaroida, Echinothuroida, Phymosomatoida, Arbacioida, Temnopleuroida, Echinoida, Clypeasteroida, Spatongoida, Helectypoida, Cassiduloida dan Holasteroida. Bulu babi umumnya hewan nocturnal atau aktif di malam hari, sepanjang siang mereka bersembunyi di celah-celah karang dan keluar pada malam hari untuk mencari makanan (Zakaria, 2013).
(Echinoidea) tidak mempunyai lengan.Tubuh bulu babi umumnya berbentuk seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur, dan dipengaruhi dengan duri-duri, ada pula yang tubuhnya agak pipih. Secara morfologi kelas Echinoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin). Bentuk tubuh bulu babi regularia adalah simetri pentaradial hampir berbentuk bola sedangkan bulu babi iregularia memperlihatkan bentuk simetri bilateral yang bervariasi (Agustia, 2016).
Bulu babi biasanya hidup menge-lompok tergantung dari jenis habitatnya. Di sepanjang perairan pantai hewan ini memi-liki variasi spesies yang cukup besar dan melimpah. Grazing bulu babi mempunyai pengaruh biologi dan ekologi yang penting pada Ko-munitm terumbu karang. Beberapa spesies bulu babi menyebabkan bioerosi bersubstrat ka-pur di daerah rataan terumbu karang dan bersubsrat keras (berbatu), daerah inter-tidal dan subtidal (Moningkey, 2010).
Kelas Ophiuroidea adalah anggota dari Filum Echinodermata yang sejajar dengan kelas lain, yaitu Crinoidea, Asteroidea, Echinoidea dan Holothuroidea (Brusca dan Brusca 2003). Kelas Ophiuroidea dibagi menjadi dua ordo yaitu, Ophiurida dan Euryalida. Kelas Ophiuroidea memiliki 16 famili dengan 276 genus dan 2064 spesies teridentifikasi yang tersebar di seluruh dunia (Setiawan, 2013).
Kelas Ophiuroidea merupakan kelompok hewan dengan jumlah anggota terbesar dari Filum Echinodermata. Anggota kelompok ini memiliki tubuh dengan lima lengan yang panjang. Kelima lengan ini bisa digerakkan menyerupai gerakan ular, sehingga hewan ini disebut bintang mengular laut (brittle star).
Echinodermata memiliki peran penting dalam perairan dimana kelompok Echinodermata memiliki fungsi sebagai pemakan sampah yang mengandung bahan organik. Bintang mengular (Ophiuroidea) yang tergolong dalam filum Echinodermata merupakan salah satu hewan bentik (hidup di dasar) dan memiliki kebiasaan bersembunyi (dwelling habit). Bintang mengular juga tergolong biota pemakan detritus (Nugraha, dkk, 2014). bintang mengular memiliki peranan sebagai pelindung karang dari pertumbuhan alga yang berlebihan (Triana, 2015).
Ophiuroidea umumnya memiliki jenis kelamin yang terpisah (diocious), sehingga terdapat individu yang berjenis kelamin jantan dan individu yang berjenis kelamin betina (Brusca dan Brusca 2003). Beberapa spesies yang lain ada yang bersifat hermaprodit dan memiliki organ reproduksi berupa gonad. Pada individu yang berjenis kelamin jantan, terdapat lima pasang testis sedangkan pada individu yang berjenis kelamin betina terdapat lima pasang ovarium. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Sel telur yang telah dibuahi akan membelah secara cepat dan menghasilkan blastula, selanjutnya berkembang menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia dan disebut pluteus. Pluteus kemudian mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa (Lawrence 1987).
Untuk mengetahui karakter morfologi spesimen Mollusca dan Echinodermata di berbagai tempat ada yang dari daerah perikanan Rambi Gundam, pasar balung, sawah Kebon Agung, dan pantai Papuma Jember, maka kami melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi spesiemen Mullosca dan Echinodermata salah satu nya dengan menentukan klasifikasi dan membuat Dendogram. Sehingga kita bisa mengklasifikasikan spesimen Mollusca dan Echinodermata.



METODE PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Spesimen Mollusca dan Echinodermata” dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 April 2018 melakukan pengamatan yang bertempat di LAB Terpadu IAIN Jember.
Alat-alat yang kami gunakan pada saat praktikum antara lain: alat seksi, papan seksi, kaca pembesar (loup), buku identifikasi, lembar pengamatan dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang kami gunakan antara lain: spesimen Mullusca dan Echinodermata.
Prosedur kerja pada saat pengamatan spesimen Mollusca dan Echinodermata: pertama, menyiapkan alat dan bahan, kedua, meletakkan spesimen di atas papan seksi. Selanjutnya, mengamati spesimen dengan kaca pembesar (loup). Kemudian mencatat karakter morfologi yang meliputi bentuk tubuh, warna tubuh, simetri tubuh, ukuran panjang/lebar. Serta menggambar secara skematis spesimen Mollusca dan Echinodermata beserta keterangannya. Lalu menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan. (Mubarok, 2018)


HASIL
Berdasarkan pengamatan yang kami lakuakan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Spesiemen Mollusca dan Echinodermata” diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Pengamatan Spesimen Mollusca
  1. Nama Spesimen: Anodonta anatina
Lokasi: Perikanan Rambi Gundam, Jember.

Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
 
Gambar 2. Dokumntasi literatur
 

 
 
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
Karakter Morfologi:
ü  Ukuran : P= 8 cm dan L= 6 cm
ü  Warna : Hitam
ü  Bentuk : oval
ü  Simetri : Bilateral
Klasifikasi:
ü  Kingdom: Animalia
ü  Filum: Mollusca
ü  Kelas: Bivalvia
ü  Ordo: Unionoida
ü  Famili: Unionidae
ü  Genus: Anodonta
ü  Spesies: Anodonta sp.

Tabel 2. Pengamatan Spesimen Mollusca
  1. Nama Spesimen: Loligo sp.
Lokasi: Pasar Balung, Jember

 
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi

 
Gambar 2. Dokumntasi literatur


Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
Karakter Morfologi:
ü  Warna tubuh: putih ke pink an
ü  Simetri tubuh: bilateral
ü  Ukuran: P= 22 cm dan L= 4 cm
ü  Bentuk: bulat dan memanjang

Klasifikasi:
ü  Kingdom: Animalia
ü  Filum: Mullosca
ü  Kelas: Cephalopoda
ü  Ordo: Teuthoidea
ü  Family: Loligonidea
ü  Genus: Loligo
ü  Spesies: Loligo sp.

Tabel 3. Pengamatan Spesimen Mollusca
  1. Nama Spesimen: Achatina fulica
Lokasi: Sawah Kebon Agung, Jember.

Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
 
Gambar 2. Dokumntasi literatur

 
 
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
Karakter Morfologi:
ü  Bentuk tubuh : bercangkang terpilin spiral (kerucut)
ü  Simetri: Bilateral
ü  Warna: coklat dengan pola garis gelap
ü  Bertubuh lunak dengan dua mata yang disebut stigma
ü  Ukran: P= 6 cm dan L= 4 cm
Klasifikasi:
ü  Kingdom: Animalia
ü  Filum: Mollusca
ü  Kelas: Gastropoda
ü  Ordo: Stylommatophora
ü  Family: Achatinidae
ü  Genus: Achatina
ü  Spesies: Achatina fulica

Tabel 4. Pengamatan Spesimen Echinodermata
  1. Nama Spesimen: Holothura edulis
Lokasi: Pantai Papuma, Jember.

 
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
 
Gambar 2. Dokumntasi literatur
 
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
Karakter Morfologi:
ü  Bentuk tubuh : memanjang dan penampang tubuh bulat
ü  Simetri: Bilateral
ü  Warna: hitam
ü  Ukuran: P= 9,5 cm dan L= 4 cm
Klasifikasi:
ü  Kingdom: Animalia
ü  Filum: Echinodermata
ü  Kelas: Holothuroidea
ü  Ordo: Aspidochirotida
ü  Family: Holothuridae
ü  Genus: Holothuria
ü  Spesies: Holothuria edulis

Tabel 5. Pengamatan Spesimen Echinodermata
  1. Nama Spesimen: Spaerechinus sp.
Lokasi: Tanjung Papuma, Jember.

Gambar 1. Dokumentasi Pribadi
 
Gambar 2. Dokumntasi literatur
 
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
Karakter Morfologi:
ü  Bentuk tubuh : bulat dengan anus di atas dan gigi di bawa
ü  Warna tubuh: Hitam berduri putih
ü  Simetri tubuh: radial
ü  Ukuran Tubuh: P= 5,7 cm
Klasifikasi:
ü  Kingdom: Animalia
ü  Filum: Achinodermata
ü  Kelas: Echinoidea
ü  Ordo: Echinoida
ü  Family:
ü  Genus: Echinus
ü  Spesies: Echinus sp.

Tabel 6. Pengamatan Spesimen Echinodermata
  1. Nama Spesimen: Ophiocoma sp.
Lokasi: Pantai Tanjung Papuma, Jember.

 
Gambar 1. Dokumentasi Pribadi

Gambar 2. Dokumntasi literatur


 
Gambar 3. Dokumentasi hasil tangan
Karakter Morfologi:
ü  Bentuk tubuh : lengan langsing, meruncing, padat dan berduri
ü  Warna tubuh : hitam
ü  Simetri tubuh : simetri bilateral
ü  Mulut berada di tengah, memilki lima lengan

Klasifikasi:
ü  Kingdom: Animalia
ü  Filum: Echinodermata
ü  Kelas: Ophiuroidea
ü  Ordo: Ophiacanthida
ü  Family: Ophiocomidae
ü  Genus: Ophiocoma
ü  Spesies: Ophiocoma sp.

DENDOGRAM







PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan (dapat dilihat pada gambar dan tabel), maka dapat diketahui bahwa Filum Mollusca memiliki banyak spesies yang berbeda diantaranya Anodonta anatina, Loligo sp., Achatina fulica dan Filum Echinodermta juga memiliki banyak spesies yang berbeda diantarnya Holothuria edulis, Echinus sp.,Ophiocoma sp..
Anodonta anatina memiliki tubuh bilateral simetri, lunak dan ditutupi mantel yang menghasilkan zat kapur, serta bernafas dengan insang. Tubuhnya berbentuk pipih secara lateral dan memiliki dua cangkang yang berengsel secara dorsal dan menutupi seluruh tubuhnya.berbenttuk oval, dengan ukuran panjang 8 cm dan lebar 6 cm.
Anodonta anatina memiliki kijing memilki sepasang Gonad dimana gonuduct dan renalduct bermuara pada sebuah papila. Telur-telur dari ovarium akan menuju rongga insang yang berfungsi sebagai ruang penetasan yang kemudian akan dibuahi oleh sperma yang masuk mengikuti aliran air. Setelah dibuahi, telur tesebut akan berkembang menjadi larva yang disebut glochidium. Proses respirasi pada kijing terjadi di dalam insang dan mantel. Insang merupakan sepasang membran yang terdiri dari dua lamella. Pada lamella terdapat sejumlah saluran air yang letaknya vertikel dan bersatu pada rongga. Subprabrancial yang ujungnya menuju ke sifon dorsal ke arah dimana air yang telah diambil oksigennya dikeluarkan.
Jantung Anodonta anatina terletak di dalam rongga pericardium yang terdiri atas satu serambi dan dua bilik. Darah dari serambi akan di pompa kedua arah, kedepan melalui aorta anterior menuju kaki dan alat tubuh lainnya kecuali insang dan ginjal. Dari mantel darah langsung kemabli ke bilik. Darah yang telah bersikulasi dari organ yang lain akan di lewatkan melalui pembuluh darah kecil (Vena) menuju ginjal untuk membuang sisa metabolisme darah kemudian ke insang untuk mengikat oksigen dan melepaskan CO2.
Cumi-cumi Loligo sp. hidup memiliki warna krem kemerahan, tetapi setelah ditangkap dan mati warna tubuhnya menjadi krem kekuningan dengan bintik hitam. Bentuk tubuhnya adalah simetri bilateral dan dapat dibedakan atas kepala, leher dan mantel/badan. Pada bagian kepala terdapat mulut yang dikelilingi oleh dua tangan panjang (tentakel) dan delapan tangan pendek. Lebar kepala cumi-cumi hampir sama dengan lebarnya mantel. Mata terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Bagian dorsal leher cumi-cumi tampak jelas, sedang bagian ventral leher tidak jelas karena tertutup oleh corong atau sifon yang keluar dari mantel. Ukuran tubuhnya panjang 22 cm dan lebar 4 cm.
Mantel cumi-cumi Loligo sp. berbentuk bulat panjang, langsing dan berbentuk kerucut di bagian posterior. Pada sisi kanan dan kiri bagian dorsal mantel terdapat sirip yang menyatu dengan mantel dan menempati kurang lebih sepertiga bagian posterior mantel.
Cumi-cumi jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, jantan berukuran lebih panjang dan lebih langsing dibandingkan dengan betina. Perbedaan jenis kelaminnya akan lebih jelas tampak pada cumi-cumi matang gonad karena cumi-cumi betina memiliki bentuk tubuh gemuk di bagian ventral dan warna mantel lebih gelap.
Pada permukaan dorsal mantel, kepala dan tangan terdapat kumpulan kromatofor, sehingga bagian-bagian tersebut tampak berwarna lebih gelap. Bagian ventral mantel berwarna lebih terang karena penyebaran kromatofor tidak mengelompok sedang permukaan ventral sirip tidak terdapat kromatofor, sehingga sirip bagian ventral berwarna putih.
Mulut cumi-cumi terdapat di tengah-tengah kepala, dikelilingi oleh tentakel dan tangan yang mempunyai alat pengisap. Bagian dalam mulut dikelilingi gigi kitin yang tajam dengan ukuran bervariasi dan lidah parut (radula) di bagian tengah mulut. Bila mantel bagian dorsal dibuka, tampak leher bagian dorsal melekat dengan kepala dan mantel. Pada leher bagian ventral terdapat sifon yang melekat pada kepala dan leher akan tetapi tidak melekat pada mantel. Di leher terdapat kartilago sebagai penyangga leher. Sebelah dalam mantel bagian dorsal terdapat pen berwarna putih dan berbetuk panjang dengan kedua ujungnya meruncing.
Di dalam rongga mantel (tampak dorsal) terdapat organ dalam yaitu: insang, lambung, gonad, pankreas, sekum, rektum, kantung tinta. Pada kantung tinta terdapat sepasang organ, berbentuk bulat lonjong menempel pada bagian latero-dorsal kantung tinta. Secara keseluruhan, alat pencernaan cumi terdiri atas mulut, rongga mulut, faring yang panjang, oesofagus, lambung, usus, anus. Bagian mulut terletak di bagian kepala dan anus terletak pada corong di bagian ventral cumi-cumi sehingga makanan dan sisa makanan masing-masing masuk dan keluar di bagian anterior tubuh cumi-cumi. Kantung tinta cumi-cumi melekat dan bermuara pada saluran pencernaan dekat anus.
Ciri-ciri umum bekicot (Achatina fulica) adalah mempunyai cangkang yang tidak begitu mencolok dan bentuk cangkang cenderung meruncing, berat badan antara 150-200 g atau lebih, dengan ukuran badan antara 90-130 mm, dan mampu bertelur kurang lebih 3 -4 kali dalam 2 – 3 tahun dengan jumlah telur mencapai 100-300 butir. Telur bekicot menetas dalam jangka waktu 7 hingga 14 hari.
Bekicot (Achatina fulica) memiliki sebuah cangkang sempit berbentuk kerucut yang panjangnya dua kali lebar tubuhnya dan terdiri dari tujuh ruas lingkaran. Hal ini menandakan bahwa bekicot telah dewasa. Cangkang bekicot memilki warna coklat kemerahan dengan pola garis gelap. Ukuran tubuh memilki panjang 6 cm dan lebar 4 cm. Simetri tubuhnya bilateral. Bertubuh lunak dengan 2 mata yang disebut “ stigma”.
Tubuh teripang (Holothuria edulis) umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris, dengan mulut pada salah satu ujungnya dan anus pada ujung lainnya. Yaitu anus berada pada bagian anterior dan anus berada pada bagian posterior. Mulut dikelilingi oleh tentakel-tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik kembali dengan cepat. Tentakel-tentakel ini merupakan modifikasi dari kaki tabung yang berfungsi untuk menangkap makanan. Tubuhnya berotot, sedangkan kulitnya halus atau berbintil. Warna tubuhnya hitam kecoklatan dengan ukuran tubuh panjang 9,5 cm dan lebar 4 cm. Teripang memiliki tubuh lunak dan licin. Permukaan tubuh tidak bersilia dan diselimuti oleh lapisan kapur yang tebal tipisnya tergantung umur. Disepanjang mulut keanus terdapat lima deretan kaki tabung, terdiri dari tiga deretan kaki tabung dengan pengisap pada bagian perut (trivium) yang berperan dalam respirasi (Lawrence 1987). Di bawah lapisan kulit terdapat satu lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang. Sesudah lapisan otot terdapat rongga tubuh yang berisi organ-organ tubuh seperti gonad dan usus.
Suwignyo dkk, (2005) menyatakan tubuh bulu babi berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat digerakkan. Rusyana, (2011) bulu babi tidak mempunyai lengan tubuh berbentuk seperti cangkang berkapur. Bulu babi dipenuhi dengan duri. Duri melekat pada otot yang menyerupai bongkol (tuberkel). Aslan (2010) bahwa bulu babi memiliki duri yang panjang dan kadang berwarna mencolok (contoh: bulu babi dari Famili Diadematidae, Echinoidae dan Toxopneustidae). Sedangkan kelompok iregularia adalah kelompok bulu babi yang memiliki bentuk tubuh yang memipih (flattened), contoh: Dolar pasir.
Suwignyo dkk, (2005) semua organ pada bulu babi umumnya terletak di dalam tempurung (test sceleton) yang terdiri atas 10 keping pelat ganda, biasanya bersambungan dengan erat, yaitu pelat ambulakral, di samping itu terdapat pelat ambulakral yang berlubanglubang tempat keluarnya kaki tabung. Rusyana (2011) ambulakral pendek dan terletak di antara duri-duri yang panjang. Mulut dikelilingi oleh lima buah gigi yang berkumpul di dalam bibir yang corong.
Aslan, (2010) menyatakan bahwa cangkang bulu babi terdapat segmen interambulakral dan ambulakral yang tersusun secara berselang seling hingga lima segmen. Interambulakral merupakan segmen terbesar yang ditunjukkan dengan terdapatnya tuberkel (tempat menempelnya duri pada cangkang). Pada segmen interambulakral ini tidak terdapat kaki tabung kaki tabung berguna juga dalam membantu mengambil makanan dari duri.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Bulu Babi (Echinus sp.) berwana hitam dengan duri yang berwarna putih keunguan (mencolok). Bentuk tubuhnya bulat dengan anus di atas dan gigi di bawah. Ukuran bulu babi panjang 5,7 cm. Simetri tubuhnya radial. Dan bulu babi ini termasuk bulu babi yang beraturan (regular).
Bintang mengular (Ophiocoma sp.) memiliki karakteristik tubuh berbentuk simetri bilateral (tubuh dapat dibagi lima bagian tersusun mengelilingi sumbu pusat) dengan permukaan tubuh yang dipenuhi duri-duri kecil yang berbentuk tumpul dan pendek. Pada saat larva, tubuh Ophiuroidea berbentuk bilateral simetri. Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan oral. Tubuh Ophiuroidea tidak bersegmen dan memiliki kerangka dalam yang berkembang baik dan terdiri dari lempeng-lempeng kapur yang mengandung kalsium karbonat dan sedikit magnesium karbonat. Kelima lengan Ophiuroidea menempel pada cakram pusat yang disebut discus central. Lima lengan tersebut berukuran panjang, langsing, fleksibel, dan berbentuk seperti cambuk. Alat pergerakannya berupa sistem ambulakral yang dibantu dengan rangka internal yang tersusun dari kalsium karbonat. Bintang mengular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat dari lengannya yang panjang sehingga memudahkannya bergerak. Kaki tabung (kaki ambulakral) tidak memilki alat isap dan bintang mengular bergerak dengan mencambukkan lengannya.
Ophiuroidea memiliki lima rahang dan tidak memiliki usus maupun anus. Sistem pernapasan meliputi pertukaran udara dan ekskresi dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang bercelah di sekitar mulut yang disebut bursae slit dan alat ini berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad). Sistem saraf terdiri atas cincin saraf utama yang bekerja di sekitar cakram utama. Sistem pencernaan Ophiuroidea berada di perut. Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong. Pembuluh dari sistem vaskular air akan berakhir di kaki tabung dan sistem vaskular air umumnya memiliki satu madreporit. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa lima kelompok lempeng kapur. Makanan dipegang oleh satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan bantuan tentakel dimasukkan ke mulut. Bahan-bahan yang tidak tercerna dibuang ke luar melalui mulutnya.
Bintang ular laut memakan organisme kecil dan organisme yang tidak hidup. Makanan tersebut berasal dari lumpur di permukaan dasar laut. Makanan masuk ke dalam mulut dengan menggunakan kaki tabung. Dua bagian pada setiap lengannya terdapat mulut. Baris dari durinya mencuat keluar ke arah mulut yang berfungsi untuk memasukkan makanan. Bintang ular laut memiliki perut yang sederhana terdiri dari kantung tanpa ceca. Sehingga makanan tidak keluar dari mulut. Bintang ular laut tidak memiliki anus. Bintang ular laut jenis lain ada yang memakan plankton dengan cara menangkapnya menggunakan kait yang berukuran mikroskopis di ujung cabang dari lengannya.


SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan spesimen Mollusca dan Echinodermata dapat disimpulkan bahwa Filum Mollusca memiliki banyak spesies yang berbeda diantaranya Anodonta anatina, Loligo sp., Achatina fulica dan Filum Echinodermta juga memiliki banyak spesies yang berbeda diantarnya Holothuria edulis, Echinus sp.,Ophiocoma sp..



DAFTAR PUSTAKA
Agustia. 2016. Mikrohabitat Bulu Babi (Echinoidea) pada Wilayah Intertidal Pulau Kapota Kawasan Taman Nasional Wakatobi Tenggara. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Kendari: Universitas Halu oleo.
Aslan, L., 2010. Bulu Babi (Manfaat dan Pembudidayaanya) Edisi Revisi. Kendari:  Unhalu Press.
Brusca RC, Brusca GJ. 2003. Invertebrates. 2nd Edition. New York (US): Sinauer Associates.
Chodrijah, Umi dan Budiarti, Tri Wahyu. 2011. Beberapa Aspek Biologi Cumi-Cumi Jamak (Loligo Duvaucelli) Yang Di Daratkan Di Blanakan, Subang, Jawa barat. BAWAL. Vol.3 (6) Desember 2011 : 357-362.
Dewi, Sinta Prastiana. 2010. Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achatian fulica) dan Gel Bioplacenton terhadap Penyembuhan Luka Bersih pada Tikus Putih. SkripsiFakultas Kedokteran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Elfidasari, Dewi. 2012. Identifikasi Jenis Teripang Genus Kolothuria Asal Perairan Sekitar Kepulauan Seribu Berdasarkan Perbedaan Morfolog. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. Vol 1. No 3. 140-146.
Hamzah, M.S., Pramudji. 1997. Pengaruh musim terhadap hasil tangkapan cumi-Cumi pena (Uroteuthis Barchi) dengan menggunakan beberapa jenis alat tangkap di Perairan Taliabu Barat, Maluku Utara. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi – LIPI, Jakarta.
Latifa, Isma Olivia. 2015. Uji Aktivitas Lendir Bekicot (Achatina fulica) terhadao Tingkat Kesembuhan Luka Insisi secara Makroskopis dan Mikroskopis pada Ular Sanca Batik (Phython reticulatus). Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. Surabaya: Universitas Airlangga. 
Lawrence J. 1987. A Functional Biology of Echinoderms. Baltimore (US): The Johns Hopkins University Press.
Moningkey, Ruddy Djonie. 2010. Pertumbuhan Populasi Bulu Babi (Echinometra mathaei) di Perairan Pesisir Kima Bajo Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal perikana dan Kelautan. Vol. VI-2. 73-78.
Mubarok, Husni. 2018. Panduan Praktikum Taksonomi Hewan. Jember: IAIN Jember.
Nugraha, Wasito, dkk. 2014. Kelimpahan Bintang Mengular (Ophiuroidea) Di Perairan Pantai Sundak Dan Pantai Kukup Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Diponegoro Journal Of Maquares. Volume 3. Nomor 4. 51-57.
Rudiana, Esti dan Pringgenies, Delianis. 2004. Morfologi dan Anatomi Cumi-Cumi Loligo duvauceli yang Memancarkan Cahaya. Ilmu Kelautan. Vol. 9 (2) : 96 – 100.
Rusyana, A., 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: ELFABETA.
Setiawan, Rendy. 2013. Pilihan Habitat Ophiuroidea Di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Tesis Program Studi Biosains Hewan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Supono dan U.Y. Arbi. 2010. Jenis-jenis Ekinodermata di Padang Lamun Perairan Kema, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36(3): 329-341.
Suwignyo, S., Widigdo, B., Wardiantno, Y., Krisanti, M., 2005. Avertebrata Air Jilid 2. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tampa, Ahazia. 2015. Morfometrik Kijing Taiwan (Adononta woodiana) di Beberapa Lokasi di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT. Manado.
Tasywiruddin, M. 1999. Sebaran kelimpahan cumi-cumi (Loligo edulis Hoyle, 1885) berdasarkan jumlah dan posisi lampu pada operasi penangkapan dengan payang oras di Perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat. Tesis, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
Triana, Rani. 2015. Identifikasi Echinodermata di Selatan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pros Sem Nas Masy Biodivindon. Volume 1. Nomor 3. 455-459.
Zakaria, I.J. 2013. Komunitas Bulu Babi (Echinoidea) di Pulau Cingkuak, Pulau Sikuai dan Pulau Setan Sumatera Barat. Prosiding SEMIRATA FMIPA. Lampung: Universitas Lampung.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Taksonomi Hewan

Laporan Praktikum Taksonomi Hewan

Laporan Praktikum Taksonomi Hewan